Modernisasi adalah suatu
keharusan. Kita sebagai manusia harus siap menerima arus modernisasi yang kian
hari kian masif masuk. Obrolan wedangan yang terjadi malam ini berkutat tentang
modernisasi. Revolusi industri. Pergantian teknologi, dari yang konvensional
menjadi yang serba robotik. Salah satu contoh produk modernisasi yang amat
sangat revolusioner adalah robot penanak nasi alias rice cooker.
Obrolan bermula membahas tajin,
air rendaman beras yang ditanak, sebagai pengganti susu bayi. Mas Widhi yang
ngebet kawin, mulai memikirkan saat nanti sudah kawin, dia akan kesulitan soal
susu anaknya. Lalu saya mengusulkan untuk mengganti susu formula anak dengan tajin ini. Mas Prawira dan Mas Is yang juga ada di
wedangan tersebut merasa asing dengan apa itu tajin. Jaman dahulu tajin bisa didapat di saat kita menanak
nasi dengan cara yang konvensional. Apa itu? Jaman dulu, waktu belum ada
gempuran gelombang teknologi robotik yang mewujud menjadi barang bernama rice cooker, cara memasak nasi dilakukan
dengan dua kali tahapan. Yang pertama disebut ngaru, lalu dilanjut dengan adang.
Ngaru adalah proses pertama, setelah
beras dicuci, dimasukkan ke dalam panci, lalu di panaskan hingga air menyusut.
Air yang sudah mendidih di proses ngaru inilah yang
bisasa disebut tajin. Lalu setelah
nasi selesai dengan proses ngaru ini dilanjutkan dengan proses yang dinamakan adang. Nasi yang sudah selesai proses
karu dimasukan kedalam dandang dua lapis, dan dipisahkan oleh plat besi yang
bolong-bolong. Layer bawah diisi air yang dipanaskan, layer diatasnya diisi
oleh nasi setengah matang untung ditanakkan lebih lanjut oleh uap dari air yang
mendidih.
Saya kira, banyak anak muda,
terutama di daerah Jawa atau bahkan di daerah Indonesia yang menggunakan nasi
sebagai makanan pokok sudah asing dengan proses menanak nasi dengan cara
"kuno" ini. Padahal menurut saya,. nasi yang ditanak dengan
menggunakan cara "kuno" ini hasilnya lebih enak daripada nasi yang
dihasilkan oleh rice cooker. Salahkan
Jepang, negara yang menemukan teknologi penanak nasi penghambat produksi tajin ini. Negara pertama inilah yang
mengembangkan robot penanak nasi alias rice cooker. Rice cooker ditemukan pertama kali oleh tahun 1937 oleh tentara
Jepang bernama Yoshitada Minami yang saat itu menggunakan wadah kayu tahan
bocor dan diberi lempengan logam bertenaga listik di dalamnya. Lempengan logam
tersebut berfungsi untuk memanaskan wadah kayu yang sudah terisi beras dan air
di dalamnya. Lalu teknologi ini dikembangkan oleh Mitsubishi Electric
Corporation pada tahun 1945. Pada tahun 1956 Toshiba Electric Corporation
menyempurnakannya dengan membuat rice cooker dengan turn off otomatis, yaitu
saat beras yang ditanak sudah matang, akan mati dengan sendirinya. Memang
Jepang adalah pionir dalam pembuatan alat-alat robotic semacam ini, disamping
juga termasuk unggul dalam penemuan-penemuan lainnya, seperti motor, mobil,
bahkan industri film porno.
Bagi saya, orang yang berasal
dari suku Jawa, juga teman-teman wedangan RBI, yang juga mayoritas dari suku
Jawa, nasi adalah makanan yang amat sangat pokok. Pokoknya nasi, kalo belum
makan nasi ya belum sah kegiatan makannya. Obrolan tentang tajin ini ditutup saat Mas Is, yang mencegat Cak Cak Madura penjual
sate. Lalu Mas Is ini menawari semuanya, apakah berminat juga sama sate lontong
ini. Mas Prawira menolak dengan alasan dia tak marem kalo hanya makan lontong, harus nasi katanya. Mindset seperti inilah mungkin yang
beberapa waktu lalu membuat salah satu Menko kita, saya kurang tahu juga
menteri bagian apa, menganjurkan kita untuk diet nasi. Enak saja! Kalau mau
diet, ya diet saja, tidak perlu ajak-ajak kami. Orang kami ini bekerja keras
banting tulang buat beli beras, lalu ditanak jadi nasi kok, eh disuruh diet
nasi! Kami tidak takut gemuk!
No comments:
Post a Comment