Monday, July 20, 2020

Ima

Aku tak tahu,
mengapa sungguh susah payah menemukanmu akhir-akhir ini.
Dua tiga putaran terakhir menjadi yang paling susah untuk kita  masing-masing sadar.
Pun saat ini, sekarang.
Putaran yang seakan menjadi pusaran ini sepertinya menjadi yang terberat dalam menemukan,
namun menjadi yang terkuat dalam keyakinan.

Tak bisa sajakah kita sama-sama erat dalam waktu yang tak terbatas tanpa terjebak dalam hitungan bilangan?

Sebentar, biarkan aku memancingmu dengan sajak:
"Wajahku sungai, didalamnya mengalir air mata. Sedang kau malam, di dalamnya mengalun kerelaan."

Kekasih, tak ingatkah kau?


Thursday, July 9, 2020

Kau Adalah Puisi Yang Tak Akan Pernah Tuntas

Pagi ini aku menuntaskanmu dalam sebuah puisi, Cah Ayu.
Maaf aku melibatkanmu dalam banyak hal.

Kupikir, rasa kosong yang belum kau isi ini hanya metafor yang biasa dipakai penulis dalam sastranya.
Tapi pagi ini aku merasakannya, Cah Ayu.
Dadaku sakit namun tak seperti nyeri.
Sakitnya seperti kurang, seperti tak utuh saja rasanya.
Mataku juga panas, namun tak keluar apa-apa.

Maaf Cah Ayu, aku telah melibatkanmu dalam banyak hal.

Kupikir aku bisa menari dengan rasa yang kubuat ini sendiri.
Tapi ternyata tidak, aku tetap membutuhkanmu pagi ini.
Tanyaku pada diriku sendiri dari tadi hanya satu, Cah Ayu.
Salahkah aku?
Salahkah aku jika sampai nanti setiap pagi aku mencintaimu?
Dan sorenya juga?

Pagi ini aku menuntaskanmu dalam puisi sekali jadi.
Sialnya, puisi ini tak akan pernah bisa tuntas jika kau adalah nyawanya.

Cah Ayu, maafkan aku jika akan selalu melibatkanmu dalam segala hal.


Seorang pekerja kantoran kelas rendahan yang suka ngobrol.